Monday, April 28, 2008

Memilih Pilihan



Seorang rekan datang dan berdiskusi. Ia dilanda kebimbangan. Ia dipercaya untuk memperluas cakupan tanggung jawabnya. Tak bermaksud untuk menolak tugas dan tantangan, hanya saja ia ragu apakah ia punya yang diperlukan untuk tanggung jawab itu.

Mendampingi masyarakat memang pekerjaan luar biasa. Termasuk dalam parameter adalah karakter individu, satu faktor yang nyaris diluar jangkauan tangan. Menangani 350-an mesin produksi berteknologi tinggi ternyata tidak ada apa-apanya dibanding 2 kaki lima yang saya dampingi. Yang pertama mereka ikut mau saya, yang kedua saya ‘harus’ ikut mau mereka.

Saya baru 2 orang. Bisa saya bayangkan dinamika mereka yang mendampingi satu kelompok. Nah apalagi kalau yang harus didampingi adalah masyarakat satu desa? Wuaduh

Benturan bertubi-tubi dalam pendampingan seringkali membuat kita kelelahan. Diluar itu, sebagai individu, kita juga punya masalah yang tidak kurang pelik. Ketika keduanya bertemu, dan ketika tidak ada kawan berbagi, lengkaplah penderitaan.

Lalu, bagaimana bila saat itu pula, kita ‘terpaksa’ untuk menerima tambahan daftar tanggung jawab? Gimana juga kalau ternyata sebagian dari daftar itu masih benar-benar baru buat kita? Dan kita tiba-tiba memang bener-bener sendirian? Well, simpan daftar panjang penderitaan kita itu. Tambahkan kreativitas dan sedikit nekat, siapa tahu bisa jadi skenario sinetron 20 episode.

Cara Pandang
Sederhananya, hidup ini cuma memilih sepasang pilihan: maju atau mundur, kiri apa kanan, menolak atau menerima dan seterusnya. Sederhananya, kita tahu manfaat dan resiko dari setiap pilihan, Sunatullahnya pilihan harus diambil. Allah SWT siapkan semuanya untuk kita: masalah dan way out. Untungnya Allah SWT bukan seperti kita, kadang jail, ngasih masalah tanpa solusi.

Sewaktu training, kita punya pilihan: sungguh-sungguh or just having fun. Dan hasilnya memang tergantung niat awal. Kita tahu bahwa kita bisa beretorika, dapet satu-dua data ekspos habis-habisan, sisa waktu untuk jalan-jalan. Dan kita tahu kita bisa bener-bener jadi bongkar batu cari udang, sajikan data seperti adanya dan simpan ilmunya disaku (untuk bahan jualan training PRA di daerah) atau dihati untuk dibagikan.

Yang mungkin sering dilupakan adalah: baik becanda atawa serius, kedua-duanya nyaris mengkonsumsi energi dan waktu yang sama. Artinya kalu patokannya adalah “return on investment” maka menjadi serius adalah pilihan yang lebih bijak. Kecuali niatnya memang invest di bercanda.

Kepada rekan tersebut saya jelaskan, waktu dan energi yang kita habiskan untuk ‘memelihara’ rasa khawatir, takut, lelah dlsb adalah juga energi dan waktu yang bisa kita habiskan untuk melihat peluang. Pilihan pertama menghasilkan kekhawatiran lain, pilihan kedua menghasilkan jalan keluar.

Sekali lagi pilihannya sebenarnya sederhana: semua ada resikonya, keputusan memilih pilihan ada ditangan kita. Jadi bukan resikonya yang harus jadi fokus, tetapi alasan kita memilih pilihan. Pilihan apakah kita mau invest energi dan waktu berharga kita di kekhawatiran/ketakutan atau pada kesempatan / peluang.

Satu lagi, hasil dari pilihan cuma : berhasil atau gagal. Uniknya kebanyakan dari kita lebih suka fokus pada kegagalan, bukan keberhasilan, lebih takut pada kegagalan dibanding sukses. Padahal penciptaan manusia adalah sejarah ‘kegagalan’ yang berhasil.

Sel telur itukan ratu ja-im (jaga imej) and sel sperma itu raja maksa. Bayangin, dari lebih dari 30 juta (tigapuluh juta) sel sperma yang ‘menggoda’ sel telur, cuma SATU yang dipilih. Luar biasa ja-im !!!. Ternyata, kita semua ini hasil 30 juta kali usaha mengulangi kegagalan. Jadi, masih punya alasan untuk takut? menyerah? lemah?

Hey ... did I ring the bell ???

Pendamping memang luar biasa. Dia harus tetep jadi genset yang memotivasi orang lain meskipun bensin sudah kering kerontang. Tapi demikianlah Allah SWT meninggikan manusia sebagian atas lainnya. Mudah saja buat Dia untuk membuat kita selalu senang. Tapi sekali lagi, Dia adalah Ia yang memiliki skenario maha unik. Seperti kata mas Rano (eh ... atau mas Ponco), pada penciptaan kupu-kupu ada pelajaran penting: Ia berikan yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.

Jadi kalau Allah gelontorkan masalah didepan kita, sementara orang lain adem ayem toto tentrem raharjo, Ia tidak sedang bermain-main. Ia sedang meninggikan kita. Pilihan akhirnya ada dikita: kita investasikan energi dan waktu menghadapi masalah untuk jadi lebih dekat denganNya. Atau berleha-leha dalam kenyamanan dibalik tirai tipis kebohongan keluhan-keluhan dan menjauh dariNya.

Ada satu kutipan sajak yang sangat memotivasi saya. Silahkan terjemahkan kedalam bahasa hati masing-masing karena saya tidak berani, kecuali untuk hati saya sendiri:

“ Two roads diverged in a wood. I took one less-travelled by. And that has made all the differences ...”

Hidup memang memilih pilihan. Nilai kita bukan pada pilihan yang kita ambil, tapi pada alasan mengapa kita memilih pilihan itu.

Batam, 28 April 2008

No comments: