Apa tuh... sensitif ? Yang jelas bukan yang aneh-aneh. Tapi kepedulian kita sedang dipertaruhkan. Bayangkan, pemerintah negeri ini setelah 'menghilangkan' (baca : menggantikan ) minyak tanah, sebentar lagi akan menaikkan harga BBM. Memang masih debatable.. Tapi menutur saya yang paling logis adalah tidak naik. Bukankah negara harus melayani masyarakat ?
Teman-teman, abang, nona, mas, ukhti-akhi bapak sekalian telah berniat menjadi agent perubah sebagaimana tugas pendamping. Jadi kita harus paham dan peka terhadap kebijakan yang berpengaruh terhadap dampingan kita.
Bayangkan, masyarakat yang telah kita coba berdayakan dan hampir pada ujung kemandirian.. kemudian..... harus terkapar kembali karena kebijakan minyak tanah dan kenaikan BBM. Pedangang, tukang ojeg, bahkan karyawan dengangaji papas-pasan akan berfikir seribu kali untuk makan uenak.
Berbagi informasi, saya minggu tgl 11 mei 2008 mengukuti diskusi tentang 100 thn Kebangkitan yang diadakan oleh Pemda Kab Bogor dan dinas Pendidikan Kab Bogor yang bekerjasama dengan HTI. Salah satu pembicara nya adalah ibu Ri ni Saparini (anggota Tim Indonesia bangkit). Beliua cerita : Kebijakan Kenaikan BBM itu pemerintah mengasumsikan pendapatan masyarakat miskin minimal 1 jt (emang benar ya... orang miskin 1 juta pendapatan per bulan ?). Setelah mendapat subsdi BBM sebesar 100 rb, maka sesuai dengan kenaikan BBM maks 30%, hanya akan dipakai oleh orang miskin 40 rbuan. Jadi setiap bulan orang miskin surplus 50 rbuan (nabung)... benarkah ? Begitulah, kalo semua sektor strategis kita di jual kepada Asing..
Cukup dulu ceritanya... Ntar kita sambung lagi. Intinya, pasang telinga, mata, hati, untuk tidak lelah bekerja dan berdakwah di Masyarakat. Saya yakin.. teman-teman ahlinya.
Wassalam.
Ponco N (sang pendamping masyarakat)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment